DOWNLOAD Ebook Friedrich Nietzsche - Seruan Zarathustra pdf.

Dowbload ebook buku Seruan Zarahustra oleh Friedrich Nietzsche pdf.

Identitas Ebook :

Judul Ebook            :    Seruan Zarahustra
Penulis Ebook         :    Friedrich Nietzsche
Penerjemah Ebook  :    Budi Anre
Tebal Ebook            :    245 hal.
Ukuran Ebook         :    2 MB
Buku Untuk Semua
Dan Tidak Untuk Semua

 Identitas Penulis :

 

     Friedrich Wilhelm Nietzsche (lahir di Saxony, Prussia, 15 Oktober 1844 – meninggal di Weimar, 25 Agustus 1900 pada umur 55 tahun) adalah seorang filsuf Jerman dan seorang ahli ilmu filologi yang meneliti teks-teks kuno, filsuf, kritikus budaya, penyair dan komposer. Dia menulis beberapa teks kritis terhadap agama, moralitas, budaya kontemporer, filsafat dan ilmu pengetahuan, menampilkan kesukaan untuk metafora, ironi dan pepatah. Ia merupakan salah seorang tokoh pertama dari eksistensialisme modern yang ateistis.

     Ia merupakan seorang putra dari pendeta Lutheran Carl Ludwig Nietzsche (1813-1849) dan Franziska. Ia memiliki nama lajang Oehler (1826-1897). Ia diberi nama tersebut untuk menghormati kaisar Prusia Friedrich Wilhelm IV yang memiliki tanggal lahir yang sama. Adik perempuannya Elisabeth dilahirkan pada 1846. Setelah kematian ayahnya pada tahun 1849 serta adik laki-lakinya Ludwig Joseph (1848-1850), keluarga ini pindah ke Naumburg dekat Saale. 

       Pada tahun 1858, Nietzsche masuk sekolah asrama di Pforta dan memperoleh nilai tinggi dalam bidang agama, sastra Jerman dan zaman klasik. Setelah lulus dari Pforta, pada tahun 1864 ia belajar di Universitas Bonn bidang teologi dan filologi klasik. Sayangnya, hanya setahun ia belajar di sana dan kemudian pindah ke Leipzig. Tahun 1869-1879 ia dipanggil Universitas Basel untuk mengajar filologi dan setelah itu ia terpaksa pensiun dengan alasan kesehatan. Kehidupan produktif Nietzsche berlangsung hingga tahun 1889, hingga pada akhirnya tahun 1900 ia meninggal karena penyakit kelamin yang dideritanya. (Sumber : Wikipedia)

Sedikit Mengenai Prolognya Zarathustra :
Prolognya Zarathustra

    Tatkala Zarathustra berusia tiga puluh tahun, ia meninggalkan rumah dan danau rumahnya pergi ke gunung-gunung. Sepuluh tahun lamanya ia di sini bersuka- cita akan spiritnya serta penyendiriannya, sama sekali tidak merasa letih. Tetapi akhirnya hatinya berubah – dan pada suatu pagi ia bangkit bersama fajar melangkah ke hadapan sang surya, lalu berseru padanya demikian: Bintang megah! Apa yang akan menjadi kebahagiaan kau, jika tidak ada mereka yang kau sinari! Kau telah datang ke atas guhaku sini, sepuluh tahun: kau akan menjadi letih akan cahaya kau dan perjalanan kau, jika itu bukan untukku, elangku dan ularku. Sungguh kami telah menunggu kau setiap pagi, telah mengambil dari kau, keberlimpahan kau dan memberkahi kau bagi ini. Perhatikan! Aku letih akan kebijaksanaanku, bak kumbang yang kebanyakan mengumpul madu; aku butuh lengan-lengan untuk menjangkau madu-madu ini. Aku mau berikan dan bagi-bagikan madu ini, hingga manusia bijaksana diantara para manusia akan bahagia lagi dalam kebodohannya dan manusia miskin bahagia dalam kekayaannya. Bagi tujuan ini, aku musti turun ke kedalaman-kedalaman: bagai yang kau lakukan di sore hari, tatkala kau pergi ke belakang samudera dan memberi cahaya ke mercupada pula, wahai bintang maha berlimpah! Seperti kau, aku musti turun-kebawah – sebagaimana yang manusia katakan, pada merekalah aku ingin turun! Maka berkahilah aku, mata hening, kau yang bisa melihat kebahagiaan yang maha berlimpahan tanpa rasa iri! 
    
    Berkahilah cawan yang ingin meluap ini, semoga airnya yang keemasan itu mengalir darinya, membawa pantulan suka-cita kau ke seluruh penjuru! Perhatikan! Cawan ini mau menjadi kosong lagi, dan Zarathustra ingin menjadi manusia lagi. Lalu mulailah Zarathustra turun-kebawah. Zarathustra lalu pergi turun gunung seorang diri, dan tidak ada satu pun yang bertemu dengannya. Tetapi ketika ia memasuki hutan, seorang tua, yang telah meninggalkan pondok sucinya untuk mencari akar-akar pohon di dalam hutan, sekonyong-konyong berdiri di hadapannya. Dan orang tua ini berseru demikian ke Zarathustra. „Musafir ini tidak asing bagiku: ia pernah melalui jalan ini bertahun-tahun lalu. Zarathustra namanya; tetapi kini ia telah berubah.

    Dahulu kau membawa abu kau ke gunung-gunung: akankah kau kali ini membawa api kau ke lembah-lembah? Tidakkah kau takut akan hukum larangan membawa api? Ya, aku kenali Zarathustra. Kedua matanya bersih, dan tidak ada kejijikan bersembunyi di sekeliling mulutnya. Tidakkah ia melangkah laksana seorang penari? Zarathustra telah berubah! Zarathustra telah menjadi seorang anak – Zarathustra telah tergugah: apa yang kau inginkan di dunia para tukang tidur? „Bagai dalam samudera kau hidup menyendiri, dan samudera telah melahirkan kau. Duh, maukah kau pergi ke pesisir? Duh, maukah diri kau sendiri menyeret tubuh kau lagi?‟ Zarathustra menjawab: ‟Aku mencintai manusia.‟ Mengapa‟, kata santo ini, „bukankah aku pergi ke hutan dan padang pasir? Bukankah karena aku terlalu mencintai manusia? Sekarang aku mencintai Tuhan: aku tidak mencintai manusia. Manusia adalah sesuatu yang sangat tidak sempurna bagiku. Mencintai manusia bisa menghancurkanku.‟
    
    Zarathustra menjawab: „Apa yang telah aku katakan mengenai cinta? Aku membawa hadiah untuk manusia.‟ Jangan beri mereka apa-apa,‟ kata santo ini. „Malah ambil sebagian dari beban mereka, dan bawalah bersama mereka – ini akan sangat menyenangkan mereka; jika ini juga menyenangkan kau! Dan jika kau mau memberi mereka, beri mereka tidak lebih daripada sedekah, dan biar mereka meminta-minta untuk ini. „Tidak,‟ jawab Zarathustra, „aku tidak memberi sedekah. Aku belum terlalu miskin untuk itu.‟ Santo ini tertawa ke Zarathustra, dan berseru demikian: „Lalu buktikanla bahwa mereka menerima harta berharga kau! Mereka tidak percaya pada para petapa, dan tidak percaya bahwa kita datang untuk memberi hadiah. Derap ayunan langkah kita terdengar senyap di jalan-jalan mereka. Di malam hari ketika mereka di ranjang mereka mendengar seorang berjalan menjelang fajar, mereka mungkin bertanya-tanya tentang kita: hendak kemana pencuri itu pergi?

    Jangan pergi ke manusia, tetapi tinggalah di hutan! Malah pergi ke binatang- binatang! Mengapa kau tidak mau menjadi serupaku – beruang di antara beruang- beruang, burung di antara burung-burung?‟ Dan apa yang santo kerjakan di hutan ini?‟ tanya Zarathustra. Santo menjawab: Aku membuat hymne dan menyanyikannya, ketika membuat hymne, aku tertawa, menangis, dan berkomat-kamit: demikianlah aku memuja Tuhan. Dengan nyanyian, tangisan, tawaan, dan komat-kamit aku memuja Tuhan yang memanglah Tuhanku. Tetapi apa yang kau bawa untuk kami sebagai hadiah?‟ Tatkala Zarathustra mendengar kata-kata ini, ia menghormat santo ini dan berkata: „Apa yang musti aku berikan pada kau! Tetapi biarkanlah aku pergi segera, semoga aku tidak mengambil apa-apa dari kau!‟ Lalu mereka berpisah satu sama lainnya, santo dan Zarathustra tertawa bak dua anak lelaki tertawa. Tetapi tatkala Zarathustra seorang diri, ia berseru ke hatinya: Apa mungkin santo tua ini di dalam hutannya belum lagi tahu bahwa Tuhan sudah mati!

Download ebook :

Download ebook "Seruan Zarathustra - Friedrich Nietzsche" ini yaa dibawah ini. Tinggal klik download aja yaa. Silahkan mencoba.

(Jika terjadi kesalahan atau kegagalan dalam mendownload, cobalah dengan mengganti server download anda:)

KLIK DIBAWAH INI UNTUK MENDOWNLOAD FILE PDF :


 Versi I
Versi II
Note :
“ Jika ada yang keberatan dengan publikasi buku tertentu dalam situs kami ini (Mengenai hal hak cipta dan lain hal sebagainya) mohon hubungi kami langsung melalui form Hubungi Kami. Maka kami akan segera menghapusnya dari situs kami...”

Atas perhatiannya kami ucapkan Terima kasih dan salam hangat.

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments